Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Memahami Komunikasi Organisasi dan Kaitannya dengan Struktur

Memahami Komunikasi Organisasi dan Kaitannya dengan Struktur

Fakta pertama mengenai struktur adalah sebagai berikut. Setiap organisasi pasti memiliki struktur dan inilah yang mebedakannya dengan yang bukan organisasi, Meskipun tidak selamanya organisasi dipandangs sebagai struktur tetapi dengan adanya struktur membuat kehidupan dalam organisasi lebih mudah diprediksi. Struktur memperjelas area setiap anggota, siapa bertanggung jawab apa, memiliki kewenangan apa dan memiliki tugas apa.

Melalui struktur yang mungkin muncul dalam kepala kita adalah charta berbentuk segitigita, yang terpenting melalui struktur kita dapat melihat bagaimana kompleksitas sebuah organisasi. Melalui struktur pula kita dapat melihat pembagian tugas di antara anggota, siapa ada di bagian apa dan diasumsikan mereka memang ahli dalam pekerjaan tersebut. Seperti misalnya seseorang yang berada dalam posisi marketing maka tugas mereka adalah menyusun strategi bagaimana caranya menjual jasa atau produk perusahaan, bukannya melakukan pekerjaan mengurusi gaji karyawan. Diasumsikan mereka yang ada dalam posisi marketing adalah mereka yang memang memiliki kemahiran di bidang itu bukan karena tidak ada lain untuk mereka.

Melalui struktur juga akan dapat diprediksi bagaimana pengambilan keputusan dilakukan. Siapa yang berhak mengambil keputusan adan apa resikonya jika dalam hirakhi struktur ia dekat dengan manajemen puncak. Semakin dekat dengan manajemen puncak amak pengambilan keputusan akan semakin cepat karena ia memiliki akses komunikasi yang tidak berjenjang.Keputusan akan dibuat terpusat atau disebarkan kebawah sangat tergantung bagaimana struktur didesain.

Masih berhubungan dengan di atas, rantai komando juga akan tampak pada struktur. Karyawan diharapkan hanya berkomunikasi langsung (mengenai tugas) hanya dengan orang-orang di atas atau di bawahnya. Karyawan dalam level terbawah di organisasi tidak mungkin berkomunikasi seacra langsung dengan atasan atau karyawan lain dalam divisi lain.

Begitu banyak bentuk desain dan struktur organisasi, tidak ada yang dikatakan paling baik.. Struktur adalah pilihan, apakah organisasi akan dibuat berjenjang, terpesialisasi atau sentral, sangat tergantung dari keperluan masing-masing struktur dan kemana rencana organisasi akan direncanakan. Pada kenyataannya tidak menutup kemungkinan sebuah organisasi yang tadinya terdesentralisir, dengan alasan tertentu di ubah menjadi sentralisir. Untuk mengetahui alasan pada kondisi apa sebuah organisasi perlu menjadi snetrla atau desentral hendaknya dicek kembali dengan mata kuliah manajemen yang telah diberikan sebelumnya. Atau sekedar pengingat dalam Robbins (1994) dijelaskan bahwa sentralisasi yang pada umumnya tidak disukai oleh anggota organisasi tetap dipelrukan pada saat penghematan misalnya maka sentralisasi menjadi pilihan. Biasanya keputusan hukum dan keuangan cenderung untuk dibuat sentral.

Memahami Komunikasi Organisasi dan Kaitannya dengan Struktur_
image source: pexels.com

Fakta kedua mengenai struktur organisasi adalah organisasi dipengaruhi dan mempengaruhi komunikasi. Misalnya seorang PR yang divisinya diletakkan dekat dengan pimpinan maka ia memiliki kesempatan berkomunikasi langsung dengan atasan lebih cepat daripada jika ia diletakkan di posisi bawah, di bawah marketing misalnya. Komunikasi langsung dan tatap muka juga akan memungkinkan terjadi sehingga ketidak pastian akan lebih mudah direduksi. Komunikasi dalam hal ini juga dipengaruhji oleh struktur karena dengan adanya struktur maka anggota organisasi tidak akan berkomunikasi secara acak. Masing-masing tahu sampai di mana batas kewenangan ia dapat berkomunikasi dengan siapa secara formal dalam organisasi.
Keperluan tugas akan membuat orang membagi dan mencari informais engan orang-orang yang sama kepentingan dalam pekerjaan tersebut. Akhirnya jaringan relasi antara orang-orang yang memilki kepentingan tugas yang sama akan terbentuk.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada intinya komunikasi dalam organisasi berfungsi sebagai produksi atau regulasi, Inovasi serta sosial atau perbaikan. (Myers& Myers, 1998). Untuk fungsi produksi, komunikasi dalam organisasi dapat digunakan untuk menentukan tujuan yang ingin dicapai, menentukan permasalahan, menilai kinerja, mengkkordinasikan tugas, menentukan standar atau performa keluaran, komando , mengatakan pada orang lain apa yang harus dilakukan atau memberi perintah. Instruksi, mengatakan kepada orang lain bagaimana cara melakukan pekerjaan, mengembangkan prosedur atau kebijakan. Memimpin dan mempengaruhi.

Untuk fungsi inovasi, jelas tampak sebuah inovasi tidak dapat sekejap jadi. Bahkan jika membahas inovasi yang mempengaruhi perilaku organisasi akan tampak jelas bahwa sebuah inovasi tidak akan semudah yang kita bayangkan. Sebagai contoh misalnya mebiasakan anggota organisasi untuk melakukan dokumentasi berbasis cyber tidaklah mudah. Menerapkan ISO juga tidak mudah, membuat keputusan untuk mengubah segala sesuatu yang selama ini terdesentralsiir menjadi sentralisir juga tidak mudah. Inovasi lainnya misalnya dalam hal produk, mengubah pabrik senjata menjadi pabrik panci, tentu para anggota tidak serta menrta menerima keputusan itu. Ingin melakukan inovasi dalam pembelajaran dengan mengadiopsi sistem baru yang sama sekali tida ada dalam kerangka berpikir pendidikan nasional kita, juga tidak mudah. Tentu untuk melakukan itu semua memerlukan komunikasi. Komunikasi di awal untuk mempersuasi orang lain untuk mendukung inovasi hingga memelihara inovasi yang sudah berjalan memerlukan strategi tertentu.

Komunikasi organisasi berfungsi sosial dan pemeliharaan meliputi komunikasi yang dapat membuat anggota dihargai, membangun hubungan antarpersona serta memotivasi orang lain dengan menyatukan tujuan individu dan tujuan organisasi.

Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi

1. Produksi dan Regulasi
  • Tentukan tujuan dan sasaran
  • Tentukan area masalah
  • Menilai kinerja
  • Mengkoordinasikan tugas-tugas yang saling bergantung secara fungsional
  • Tentukan standar keluaran kinerja
  • Perintah, beri tahu orang apa yang harus dilakukan, beri perintah
  • Instruksikan, beri tahu orang-orang bagaimana menjalankan perintah, mengembangkan prosedur dan kebijakan
  • Memimpin dan mempengaruhi

2. Inovasi

3. Sosial atau pemeliharaan
  • Apa pun yang memengaruhi harga diri anggota
  • Hubungan antar pribadi dalam organisasi
  • Motivasi untuk mengintegrasikan tujuan individu dan tujuan organisasi

Myers & Myers 1992, hlm.17

Komunikasi Organisasi dalam Kajian Interpersonal

Ada hal unik mengenai trend bekerja dalam dunia modern. Di satu sisi kemajuan teknologi diasumsikan membuat orang semakin individual, tetapi pada kenyataannya tidak dalam hal pengerjaan sebuah pekerjaan. Dalam dunia modern justru akan semakin sulit orang mengerjakan segala sesuatu sendiri atau terasing dari lingkungannya. Pada saat ia ingin mengerjakan sesuatu maka ia memerlukan pihak lain. Sebagai contoh misalnya pekerjaan yang sangat individual sekalipun seperti penulis, ia memerlukan pihak lain untuk menerbitkan karyanya, ia memerlukan distributor untuk mengedarkan karyanya, ia memerlukan orang lain untuk membeli karyanya, ia memerlukan orang lain untuk mengelola event dan publikasi bagi karyanya,dst

Dalam konteks organisasi yang lebih luas lagi, mau tidak mau seseorang harus berhubungan dengan orang lain untuk menyelesaikan pekerjaannya. Jika nanti melihat perkembangan paradigma dalam organisasi dan komunikasi organisasi, yang akan dibahas pada bab selajutnya, akan tampak bahwa hubungan antar orang di dalam organisasi tidak dapat lagi diabaikan

Dalam lingkungan kerja, hubungan antar persona berfungsi sebagai saling berbagi informasi, pengambilan keputusan, berbagi pengaruh dan sebagai alat dan sistem salng dukung secara emosional (Knapp & Dally, 2002 Bahkan Knapp & Dally mengutip beberapa bukti bahwa hubungan yang sehat dalam lingkungan kerja akan meningkatkan kepuasan karyawan, meningkatkan komitmen pada organisasi dan juga memperkecil turn over dari karyawan (Knapp&Dally 2002,pp.615). Sehingga tentunya erat kaitannya itu semua dengan efektifitas organisasi.

Hubungan dalam organisasi memang tidak tampak dalam struktur organisasi bahkan dalam job description sekalipun tidak akan disebutkan bagaimana kita harus berhubungan dengan orang lain. Hubungan dalam pekerjaan mau tidak mau harus diciptakan. Hubungan dalam pekerjaan dapat dikatakan unik dan berbeda dengan hubungan lainnya karena tampaknya tidak ada pilihan dalam hal hubungan dalam pekerjaa. Kita tidak mungkin selalu berpindah tempat kerja hanya karena “tidak cocok” dengan orang-orang disekitar lingkungan kerja kita. Mungkin dalam hal membina hubungan intim dengan orang lain, kita masih dapat memilih tetapi tidak di lingkungan kerja. Hubungan dalam lingkungan kerja harus diciptakan. Hubungan dapat diciptakan, dipelihara dan dikuatkan melalui komunikasi.

Dalam lingkungan kerja kita akan bertemu banyak orang dengan latar belakang yang berbeda-beda. Kita memerlukan mereka untuk mengerjakan tugas-tugas kita. Mungkin kita akan menemukan orang yang tidak menarik, emosi yang tidak stabil, pencuriga dan lain-lain. Masing-masing memiliki persepsi yang berbeda tentang sesuatu. Mereka memiliki pengalaman masa lalu tentang interaksi dengan orang lain yang berbeda – beda. Maisng-masing akan berkomunikasi dengan pola interaksi berdasarkan pola pengalamnya tersebut. Tetapi pertanyaan selanjutnya apakah itu akan “terbawa sampai mati” dan tidak dapat diubah..tentu jawabannya TIDAK. Pola interaksi tersebut dapat diubah meskipun tidak mudah. Mengubahnya dengan komunikasi yang intens antar pribadi tentunya.

Menurut Conrad & Poole (2002) dinyatakan bahwa dalam lingkungan kerja kita berkomunikasi dengan berbagai status, dengan situasi (situation) kedekatan yang berbeda (intimacy) dan dengan pilihan (choice) komunikasi yang berbeda juga.

Mengenai status, kita berkomunikasi denga berbagai level dan status dalam organisasi. Kita akan berbeda jika berkomunikasi dengan atasan-bawahan atau orang antar divisi dengan jabatan yang beda ataupun sama. Ada yang disebut sebagai equivalent status untuk menggambarkan komunikasi dan hubungan antar sesama (peer relationship) dan different status (atasan-bawahan, vice versa) (Knapp & Dally, 2002). Pada saat kita berkomunikasi dengan mereka, baik dalam status sama maupun berbeda tentu kita memiliki cara yang berbeda dan mengharapkan umpan balik serta perlakuan yang berbeda juga. Hubungan antar kawan biasanya diwarnai dengan saling dukung dan nyaman sementara dengan status yang berbeda, dengan atasan misalnya biasanya bernuansa evaluasi (meskipun tidak selalunya demikian). Tetapi dengan sesama pun tidak selalunya saling dukung. Kedekatan yang berbeda memunculkan pola komunikasi yang berbeda juga. Misalnya dalam rapat sebuah divisi sering diwarnai dengan gosip, saling cela meskipun dalam konteks bercanda, atau menceritakan sesuatu yang “agak di luar batas”, tentunya tidak semua anggota rapat dapat menerima hal tersebut. Misalnya jika bahan pembicaraan tersebut bersinggungan dengan nilai seseorang bisa jadi ia akan marah, meskipun dalam konteks ini dia adalah kawan atau sesama kita.

Kaitannya dengan status, kedekatan juga mejadi dimensi sebuah hubungan. Dalam sebuah rapat (momen di atas), sesama kita menggunakan bahasa non verbal misalnya saling berbisik, berkedip, dll, bahasa seperti ini dapat menyinggung orang yang tidak terlalu dekat kita (mereka yang tentunya memiliki standra nilai hubungan yang berbeda dari orang-orang yang saling dekat.

Mengikuti prinsip perkembangan sebuah hubungan (Devito, 1997), bahwa tahapan hubungan antara manusia dimulai dari tahapan sosiologis, kultural dan psikologikal. Pada tahapan intim/interpersonal, sebuah hubungan dapat saling mengevaluasi atau bahkan dikatakan mereka punya “standar nilai” yang tidak dimiliki orang dalam hubungan yang lain. Kedekatan dan ketidakdekatan dapat memunculkan konflik di antara orang-orang yang saling berhubungan.

Pertemanan dalam mengerjakan tugas dapat memunculkan kedekatan yang lebih dalam daripada hubungan dengan teman “ di luar tim” Hubungan yang saling dekat/intim akan memunculkan keterbukaan, kejujuran dan saling percaya (Conrad&Poole 2002;p..13).

Seperti telah disebutkan di atas bahwa kita tidak dapat memilih hubungan dalam sebuah organisasi atau tempat kerja, meskipun demikian kita dapat memilh dengan siapa kita akan berteman. Atasan juga demikian. Ia tidak memilih siapa bawahannya tetapi ia dapat memilih siapa yang akan dianggap “in grup: atau bukan. Dimensi hubungan yang ketiga atau pilihan, menunjukkan hal ini.

Mengenai ketiga dimensi hubungan sebagai dimensi komunikasi organisasi yang kedua dapat disimpulkan bahwa organisasi terdiri dari manusia. Mereka menyediakan anggota mereka segala sesuatu untuk berhubungan. Kesempatan untuk bertemu dan berinteraksi, emosi yang intense, harapan yang saling dibagikan tetapi organisasi juga menuntun, menghalangi dan membuat kompleks sebuah hubungan.

Fungsi Komunikasi Dalam Konteks Relasional

1. Manajer/Bawahan
  • Arahan tugas khusus: instruksi kerja
  • Desain informasi untuk menghasilkan pemahaman tugas dalam kaitannya dengan tugas organisasi lainnya: alasan pekerjaan
  • Informasi tentang: prosedur dan praktik organisasi
  • Umpan balik kepada bawahan tentang kinerja
  • Informasi karakter ideologis untuk mempengaruhi rasa misi: indoktrinasi tujuan

2. Komunikasi Sesama atau Horisontal
  • Berikan dukungan sosioemosional di antara teman sebaya
  • Koordinasikan antara rekan kerja dan proses kerja
  • Locus of control difus dalam organisasi

3. Bawahan/Manajer
  • Komunikasi tentang dirinya sendiri, kinerja dan masalah
  • Komunikasi tentang orang lain dan masalah mereka
  • Praktik dan kebijakan organisasi
  • Apa yang perlu dilakukan dan bagaimana melakukannya

Myers&Myers 1998, hlm.17

Komunikasi Organisasi dan Kajian mengenai Konteks

Dimensi komunikasi yang selanjutnya adalah konteks. Dalam hal ini dipahami bahwa dalam berkomunikasi, manusia melibatkan puhak lain dan melibatkan hubungannya dengan orang tersebut. Melibatkan pihak lain dan supaya komunikasi seseorang dapat efektif maka antara satu dan lainnya harus saling memahami. Memahami komunikasi dengan banyak pihak maka tentu saja bukan hanya memahami teks yang diucapkannya tetapi juga konteks yang melatarbelakanginya.

Konteks yang melatarbelakangi seseorang dalam berkomunikasi akan sangat banyak sekali dimensinya. Nilai dan keprcayaan seseorang hanyalah salah satunya. Tekanan dan perbedaan kepercayaan atau nilai yang dianut menjadi penting untuk dilihat dan dikelola. Hal ini pasti akan terjadi pada saat seseorang berkomunikasi dengan pihak lain, baik satu lawan satu atau satu lawan banyak. Ini terjadi karena pada dasarnya masing-masing individu yang terlibat dalam komunikasi pasti sudah memliki kerangka berpikir yang terbina dari kepercayaan dan nilai yang dianutnya selama ini.

Anggaplah kita mulai memasuki dunia kerja pada usia 20 tahun. Dapat dibayangkan selama 20 tahun tentu saja kita terbentuk menjadi seseorang dengan konsep diri tertentu. Bagaimana diri kita terbentuk dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, status sosial ekonomi, lokasi,ras, etnis, gender, kemampuan, umur, bahasa, dll. Boleh dikatakan di sini manusia adalah produk budayanya. Budaya tidak selalu adalah dari daerah mana dia berasal tetapi budaya dalam artian yang lebih luas. Mengenai identitas diri Okun (1999) mengutip Teori perkembangan Rutter bahwa identitas diri akan mengalir mengikuti rentang kehidupan dan pengaruh dengan pihak lain . Perubahan identitas diri ini ada yang konstan, ada beberapa yang hilang dan muncul. Presentasi identitas diri berubah bukan hanya berdasarkan waktu tetapi juga konteks. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh orang lain dengan siapa kita berinteraksi dalam sistem yang berbeda Seseorang juga harus dapat merepresentasikan dirinya sebagai anggota keluarga, dengan kolega, dengan publik, dll. Jika seseorang tidak mau berdaptasi maka akan banyak masalah menghadang dirinya.

Dalam konteks organisasi, mengenal diri menjadi penting. Seorang individu memiliki nilai dan kepercayaan yang berbeda-beda pada saat ia memasuki organisasi. Seperti telah disebut di atas, kepercayaan dan nilai yang ia bawa adalah hasil dari interaksi sebelumnya dengan orang-orang dan sistem di dekatnya. Dalam hal motivasi misalnya, satu orang dengan yang lainnya berbeda. Mulai dari harapan akan uang hingga aktualisasi diri.

Konteks Organisasi dan Aktifitas

Memahami Komunikasi Organisasi dan Kaitannya dengan Struktur
Myers & Myers 1998,pp.11

Meninjau mengenai dimensi konteks komunikasi dalam organisasi, kita dapat melihat siapa akan berkomunikasi dengan siapa dalam organisasi. tidak selamanya komunikasi terjadi satu lawan satu (diadik). Melihat bagaimana karakter personal dan personal sebagai kelompok maka perlu juga dipahami strategi komunikasi apa yang tepa untuk berkomunikasi dalam konteks yang berbeda. Berikut ini adalah tabel yang menayangkan gambaran siapa berkomunikasi dengan siapa saja dalam organisasi dan dengan saluran apa.

Komunikasi Organisasi sebagai kajian sistemik

Sebetulnya mengenai sistem akan dibahas lebih dalam pada bagian lain dari modul ini. Sistem adalah jaringan ketergantungan antar komponen. Organisasi adalah sistem dari individu-individu yang ingin mencapai tujuan – tujuannya melalui penciptaan dan penginterpretasian pesan diantara jaringan antarpersona dan tugas yang sangat kompleks. Komunikasi organisasi dikatakan sistemik karena secara simultan dipengaruhi oleh segala hal yang membentuk sistem organisasi dan dan itulah proses kunci dimana hal dan sistem itu dipelihara (Conrad & Poole 2002,pp.24).

Mengenai dimensi ini diharapkan bahwa organisasi harus mampu mencari jalan untuk dapat sukses menghadapi masalah-masalah yang ada. Untuk dapat bertahan mereka perlu melakukan kontrol dan mengkoordinasikan kegiatannya bersama dan kepada para anggotanya. Strategi untuk mengontrol dan mengkoordinasikan bergantung pada komunikasi karena melalui komunikasi organisasi dipelihara dan berubah.

Komunikasi dan Public Relations

Kita tidak akan membahas terlalu jauh mengenai Public Relations. Pada bagian ini hanya akan ditunjukkan dan dibukakan wacana apa kaitan antara Komunikasi Organisasi dan Public Relations. Seperti tertera dalam Tujuan Instruksional mata kuliah ini, salah satunya adalah, anda mahasiswa PR harus tahu dimana posisi Komunikasi Organisasi dan Public Relations. Anda pun harus paham mengapa mata kuliah ini adalah mata kuliah jurusan

Sebetulnya jika dilihat dari paparan di atas sudah tampak jelas kaitan antara Komunikasi Organisasi dan Public Relations, tetapi ada baiknya jika kita merangkum kembali dan menujukkan apa kaitan antara Komunikasi Organisasi dan Public Relations.

Memang jika kita lihat dari berbagai literatur Komunikasi Organisasi, tidak banyak bahkan hanya atau dua literatur yang secara eksplisit menyatakan kaitan antara Komunikasi Organisasi dan Public Relations. Salah satu diantaranya adalah Jablin & Putnam (2001), ia menyatakan bahwa pakar komunikasi organisasi lebih senang membahas aliran informasi dari organisasi keluar organisasi (lingkungan). Biasanya mereka membahas masalah mengenai komunikasi massaa, manajemen isu, risk communication. Tetapi ada juga yang masih menumpukan perhatian mengenai aliran informasi di dalam organisasi dan komunikasi atau hubungan interpersonal anatar anggota organisasi. Beberapa penelitian di antaranya meneliti tentang bagaimana organisasi mengelola aliran informasi yang dilakukan oleh Public Relations

Mengenai kaitan antara komunikasi organisasi dan PR, literatur komunikasi organisai seperti dari Papa et al (1997) dan Goldhaber (1990) hampi sama menyatakan bahwa internal relations dan employee relations adalah tugas PR dala komunikasi organisasi. Jika disimpulkan intinya dari keduanya bahwa dengan pengelolaan komunikasi organisasi (internal) oleh PR amka efisiensi operasional organisasi akan tercapai. Lebih lanjut lagi dan melengkapi dari kedua literatur tersebut Heath (2001), menyatakan implikasinya komunikasi yang baik dalam organisasi. Yang pertama adalah dampaknya pada organisasi, adalah jika komunikasi yang buruk dalam organisasi akan menyebabkan produktifitas lambat, kualitas menurun, turnover tinggi, dan kontribusi negatif pada iklim serta budaya.

Dampak kedua adanya komunikasi pada karyawan, adalah jika sistem komunikasi organisasi buruk maka yang terjadi adalah munculnya frustrasi, ketakutan, ketidakpastian, ketidakpuasan dan rasa putus asa. Tidak dapat diingkari, karyawan memerlukan informasi untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mengurangi ketidakpastian. Tidak mengherankan apabila karyawan tidak memperoleh akses kepada informasi yang mereka perlukan maka mereka akan frustrasi.

Fungsi PR sebagai manajemen komunikasi adalah bertugas mengelola komunikasi anggota organisasi sehingga mereka bersama – sama dapat memberikan sokongan pada organissai untuk mencapai tujuannya.
Implikasi Metodologis

Pada sessi ini tidak akan dibahas secara detail implikasi metodologis apa yang dapat dipetik dari materi ini. Pada sessi hanya diingatkan kembali bahwa dengan menemukan masalah-masalah yang ada pada komunikasi organisasi maka mahasiswa diharapkan mampu mengangkatnya menjadi topik penelitian nantinya.

Jika dikaji perkembangan penelitian komunikasi organisasi telah berkembang dari masa ke masa. Seperti halnya perkembangan aktifitas komunikasi maka perkembangan penelitian komunikasi organisasipun sudah tidak lagi menumpukan pada ketrampilan komunikasi PR dalam mengelola komunikasi internal atau ketrampilan komunikasi anggota organsiasi saja tetapi meluas kepada masalah-masalah makro yang ada pada komunikasi dalam organisasi. penelitian tersebut juga dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.

Miller dalam Jablin (2001) menyatakan bahwa trend perkembangan penelitian kuantitatif yang ada pada komunikasi organisasi berkembang dari tahun 1970 an yang menekenkan pada aliran informasi dalam organisasi dengan metode eksperimen dan survey, tahun 1980 an membahas mengenai budaya, tahun berikutnya berankan kepada penelitian interpretif serta kritis, dengan berbagai level analisis. Level analisa yang dapat dilakukan pada penelitian komunikasi organisasi misalnya melibatkan proses psikologi komunikasi pada level individu seperti misalnya persepsi, kognisi, dll, level diadik atau interaksi grup misalnya dalam jaringan, budaya serta iklim, pengambilan keputusan grup tentu berbeda dengan pengambilan keputusan individu

Taylor & Trujillo dalam jablin (2001) menyatakan bahwa selama dua dekade terakhir penelitian kualitatif. Perkembangan ini tampaknya seiring dengan perkembangan paradigma interpretif dan kritis yang beberapa peneluti masih mergaukan “keabsahannya” apabila masalah-masalah yang berkaitan dengan hal tersebut diteliliti dengan pendekatan kualitatif. Perkembangan penelitian kualitatif ini juga menunjukkan perkembangan ilmu sosial lain seperti antropologi, sosiologi, manajemen, dll, yang turut serta mempengaruhi perkembangan ilmu komunikasi. Herndon & Kreps (2001) mendukung hal ini dengan menyatkan bahwa biasanya penelitian kualitatif yang dilakukan dalam komunikais organisasi adalah mengenai budaya organisasi dan simbol atau ritual yang terjadi dalam kehidupan organisasi. Taylor & trujillo menyebutkan bahwa kajian mengenai hubungan antarpersona dalam organisasi, ketrampilan komunikasi dan strategi, dll juga mulai diteliti secara kualitatif. Kesemuanya itu dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan berbagai metode misalnya etnografi. Kajian mengenai gender, budaya dan kritis juga mulai dilakukan.

Penutup

Ringkasan

Pada dasarnya mempelajari komunikasi organisasi adalah berarti memahami tentang organisasi dan komunikasi yang berada di dalamnya. Komunikasi dalam organisasi dapat dilihat dari berbagai dimensi, diantaranya adalah dari dimensi struktur, relasi atau hubungan an konteks/kontekstual serta sistem.

Komunikasi organisasi sendiri erat kaitannya dengan PR. Jika PR dipandang sebagai fungsi manajemen komunikasi maka komunikasi organisasi dalam hal ini adalah komunikasi dalam organisasi dan kaitannya dengan lingkungan luar organisasi menjadi tugas utama PR dalam mengelolanya.

Pada mata kuliah komunikasi organisasi, mahasiswa akan diperkenalkan dengan berbagai macam gejala serta masalah komunikasi yang terjadi dalam organisasi. Selain diharapkan mahasiswa dapat memanfaatkan pemahaman dalam mata kuliah ini untuk mengidentifikasi dan menyelesaikannya, mahasiswa dapat pula mengangkat masalah-masalah tersebut sebagai bahan penelitian.

Tugas – Identifikasi Konteks Komunikasi dalam Organisasi

Melalui tugas ini diharapkan anda mampu mengenali keragaman konteks komunikasi yang ada dalam lingkungan pekerjaan anda. Identifikasi tersebut dapat dijadikan sebagai kasus yang dapat dibagikan kepada peserta lain dalam mata kuliah.

Identifikasilah konteks komunikasi dalam organisasi anda, lihat tabel Organisasi dan Aktifitas Komunikasi. Untuk mengawalinya gambarkan secara singkat perusahaan anda beserta strukturnya. Jelaskan apakah dalam organisasi anda ada PR. Jika ya gambarkan job descriptionya. Jika tidak biasanya fungsi komunikasi dilakukan oleh siapa. Pengamatan dilakukan cukup dalam divisi anda saja

Kaitkan dengan yang sesungguhnya terjadi dalam pekerjaan anda.
  • Diadik, Small, Large dan Kolektif
  • Siapa berbicara dengan siapa
  • Dalam Aktifitas apa dan bagaimana atau media apa yang digunakan.

Maksimal 3 halaman. Dengan font Arial 11, 1,5 spasi, ukuran A4. Diattach dalam bentuk PDF file.

Sekian artikel tentang Memahami Komunikasi Organisasi dan Kaitannya dengan Struktur. Semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka
Lubis, Hari & Martani Huseini 1987, Teori Organisasi:suatu pendekatan makro, PAU Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Indonesia, Jakarta
Myers, Michele Tolela & Gail E. Myers 1982, Managing By Communication An Organizational Approach, Mc.Graw Hill, Japan
Okun, Barbara F, et al 1999, Understanding Diversity. A Learning as Practice primer, Brooks/Cole, UK
Pace, R.Wayne, Deddy Mulyana (alih bahasa) 2000, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, Rosdakarya, Bandung
Robbins, Stephen P , Jusuf Udaya (alih bahasa) 1994, Teori Organisasi. Struktur, Desain dan Aplikasinya, Arcan, Bandung
Sutcliffe, Kathleen M 2001, Organizational Environments and Organizational Information Processing, in Jablin, Frederic M & Linda L.Putnam ,The New Handbook of Organizational Communication: Advances in Theory, Research and Methods, Sage Publications, London
Taylor, Bryan C & Nick trujillo 2001, Qualitative Research Methods, in Jablin, Frederic M & Linda L.Putnam ,The New Handbook of Organizational Communication: Advances in Theory, Research and Methods, Sage Publications, London
Open Comments